Jakarta (DKI Jakarta) – Indotodays.com
Tim SAR Gabungan telah mengumpulkan 22 kantong berisi bagian tubuh korban pada proses evakuasi pesawat Sriwijaya SJ-182.
Kepala Basarnas Marsdya TNI (Purn) Bagus Puruhito mengatakan selama tiga hari pencarian, tim SAR Gabungan telah mengumpulkan 40 kantong berisi bagian tubuh korban.
“Sampai sore ini ada perkembangan yang tadinya 18 kantong jenazah yang sudah kita temukan. Hari ini bertambah 22, jadi total kita sudah kumpulkan 40 kantong jenazah,” ujar Bagus di Posko SAR Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (11/1/2021).
Bagus mengatakan tim SAR Gabungan fokus pada pencarian korban.
Jumlah tersebut, menurut Bagus, dapat bertambah dalam proses evakuasi hari ini.
“Seperti saya katakan fokus kita pada operasi sar ini kepada evakuasi korban. Adapun material ada tambahan dua kantong dan saat ini operasi SAR masih berlangsung di area,” tutur Bagus.
Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak dilaporkan hilang kontak pada Sabtu (09/1/2021) sore sekitar pukul 14.40 WIB.
Pesawat yang bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta tersebut mengangkut 12 awak dan 50 penumpang yang terdiri dari 40 dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi.
Kondisi Jenazah Jadi Tantangan
Kabid DVI Pusdokkes Polri Kombes Pol Ahmad Fauzi menyebut kondisi jenazah korban yang tidak utuh akan menjadi kendala tersendiri bagi tim DVI dalam melakukan proses identifikasi.
“Baru hari ini lah kita akan memeriksan kiriman body part dari TKP. Memang kendala mendapatkan kondisi jenazah tidak utuh tantangannya lebih berat,” kata Ahmad Fauzi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (11/1/2021).
Baca Juga : Aplikasi Horas Paten Beraksi, 3 Sekawan Pesta Sabu di Dalam Rumah Ditangkap
Meski demikian, Fauzi mengatakan bahwa tantangan itu tak menyurutkan tim DVI untuk berhenti mengidentifikasi korban.
“Tapi tidak berarti itu tidak bisa dilakukan,” tambahnya.
Fauzi mengatakan, tim DVI memiliki teknik-teknik tertentu untuk mengidentifikasi korban dalan kondisi tidak utuh. Sehingga bisa minimalisir sampel tidak dapat dibaca.
Ia pun tak merinci secara detail teknik apa yang akan digunakan dalam proses identifikasi itu. (Red)
Sumber : Tribunnews.com