Pematangsiantar (Sumut) – Indotodays.com
Setelah melaporkan perkara tindak pidana penghinaan ke Polres Kota Pematangsiantar, kini Advokat Daulat Sihombing, SH, MH, melalui kuasa hukumnya, Edi Sudma Sihombing, SH dan Rudi Malau, SH, menggugat oknum Pendeta berinisial SDM alias S D Manullang, salah satu oknum Praeses HKBP Distrik V Sumatera Timur, isterinya BN dan anaknya AM, agar membayar secara tanggung renteng ganti kerugian materil maupun kerugian immaeril total sebesar Rp. 1.053.000.000.- (Satu miliar lima puluh tiga juta rupiah), karena dianggap telah melakukan perbuatan melawan hukum. Senin (15/03/2021).
Dalam gugatan yang terdaftar di Pengadilan Negeri Pematangsiantar dengan Register Perkara Nomor : 35/Pdt.G/2021/PN Pms, dan akan disidangkan pada tanggal 23 Maret 2021, selain menuntut ganti rugi bersifat materil dan immaeril, mantan hakim Adhoc Pengadilan Negeri Medan ini selaku Penggugat juga meminta agar pengadilan menghukum Pendeta SDM dan anaknya AM selaku Para Tergugat untuk membuat pernyataan maaf kepada Daulat Sihombing pada 3 (tiga) media cetak lokal, 1 (satu) media cetak terbitan Medan dan 10 (sepuluh) media online, serta menuntut agar pengadilan meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap harta bergerak maupun harta tidak bergerak milik Para Tergugat berupa 1 (satu) satu unit mobil Avanza Nomor Polisi BK 1313, dan 1 (satu) unit rumah permanen yang terletak di Jalan Melanton Siregar, Gang Platinum Blok D No. 01, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, sebagai jaminan terhadap perkara.
Empat Alasan Hukum
Menurut kuasa hukumnya, Edi Sudma Sihombing SH dan Rudi Malau SH, kliennya menggugat Pdt SDM isteri BN (Guru) dan anaknya AM (Mhs FKIP Nommensen Pematangsiantar), berdasarkan 4 (empat) alasan hukum. Pertama, karena Pdt SDM isteri BN dan anaknya AM secara sendiri- sendiri maupun bersama- sama tidak mau membuka parit pembuangan limbah air rumah tangga untuk kepentingan umum disepanjang pekarangan rumah Para Tergugat di Gang Platinum, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar.
“Sehingga melanggar atau bertentangan dengan Pasal 625 KUHPerdata, yang mengatur bahwa : “Pemilik pekarangan yang lebih rendah letaknya, demi kepentingan pemilik pekarangan yang lebih tinggi, berkewajiban menerima air yang mengalir ke pekarangannya karena alam, lepas dan campur tangan manusia. Pemilik pekarangan yang lebih rendah tidak boleh membuat tanggul atau bendungan yanbg menghalang- halangi aliran air tersebut,…”, yang menimbulkan kerugian terhadap Penggugat.” Terang Daulat Sihombing dalam Siaran tertulisnya
Kedua, Para Tergugat membendung parit atau saluran limbah air rumah tangga yang ada di seberang jalan, dengan timbunan tanah dan batu- batuan serta tanam- tanaman di sepanjang pinggiran jalan umum Gg. Platinum, yang langsung maupun tidak langsung telah menimbulkan banjir di rumah kliennya hingga mencapai ketinggian 5 – 7 sentimeter pada hari Jumat 29 Januari 2021 dan Jumat 12 Februari 2021, sehingga melanggar Pasal 626 KUHPerdata, Pasal 683 KUHPerdata tentang hak pengabdian selokan, Pasal 675 KUHPerdata dan Pasal 676 KUHPerdata tentang Pengabdian pekarangan, yang menimbulkan kerugian terhadap Penggugat.
Ketiga, Tergugat Advent Manullang melakukan penghinaan kepada Penggugat dan Tergugat Pdt SDM setidaknya membiarkan anaknya AM menghina Daulat Sihombing dengan kata – kata : “Si borjong kau, tidak tau adat kau, tidak level kau, tidak ada otak kau”, Pada Jumat tanggal 12 Februari 2021, sekira pukul 09.30 – 10.30 WIB di Gang Platinum, sehari setelah rumah Penggugat banjir digenangi air sebagaimana telah dilaporkan ke Polres Kota Pematangsiantar dalam Laporan Polisi Nomor : STTLP/57/II/2021/SU/STR, tanggal 20 Februari 2021, sehingga melanggar ketentuan Pasal 310 KHUP, setidaknya Pasal 315 KUHP tentang Penghinaan.
Keempat, sekitar Oktober – Nopember 2020, Tergugat Pdt SDM isterinya BN dan anaknya AM telah membangun tembok pagar dan kenopi setinggi kurang lebih 3 (tiga) meter di sepanjang tembok belakang rumah Penggugat. Namun sebahagian dari tembok pagar dan kenopi milik Tergugat Pdt SDM tersebut, telah menempel ke dinding tembok belakang rumah Penggugat dan melewati batas pekarangan rumah Penggugat.
Padahal jarak antara tembok pagar rumah Para Tergugat dengan dinding tembok rumah Penggugat, setidaknya menyisakan ruang atau jarak sekitar 5 cm, namun sebahagian dari tembok pagar dan kenopi milik Para Tergugat telah menempel atau menyentuh ke dinding tembok rumah Penggugat dan melewati pekarangan rumah Penggugat tanpa adanya persetujuan dari Penggugat.
“Sehingga melanggar atau bertentangan dengan Pasal 641 KUHPerdata yang mengatur bahwa : “Tanpa izin dari kawan pemilik yang satu, kawan pemilik yang lain tak diperbolehkan membuat sesuatu cekungan atau lubang dalam tembok batas milik bersama, atau membuat sesuatu bangunan dengan menyandarkannya pada tembok itu”.,”sebut Daulat.
Mestinya Panutan Bagi Jemaat dan Warga
Advokat Edi Sudma Sihombing, SH dan Rudi Malau, SH, mengatakan bahwa prinsipnya gugatan kliennya lebih merupakan bentuk penyadaran terhadap setiap orang agar dalam interaksi bertetangga paham dan mengerti hak dan kewajiban sosialnya. Apalagi menurut kuasa hukum, Tergugat I selaku Pendeta sekaligus salah seorang Praeses HKBP Distrik V Sumatera Timur, Tergugat II, BN adalah guru di SMA Negeri 01 Pematangsiantar, Tergugat III AM sebagai Mahasiswa FKIP Nommensen Pematangsiantar, mestinya menjadi panutan bagi jemaat dan warga dan bukan sebaliknya mempertontonkan kesombongan, keangkuhan dan kesewenang- wenangan.
Baca Juga : Tekab Polres Labuhanbatu Berhasil Ungkap Peredaran Uang Palsu
Sementara itu, hingga berita ke dua ini diterbitkan, Oknum Pendeta HKBP inisial SDM alias S D Manullang, belum berhasil dimintai keterangannya terkait adanya Laporan serta gugatan dirinya oleh Advokat Daulat Sihombing, SH, MH., tersebut. (Red)